Minggu, 29 Mei 2011

Pengendalian Nyamuk dengan Iptek Nuklir

Bangka Barat, Infonuklir (25/05/2011). Berbagai upaya pengendalian populasi serangga terutama nyamuk, telah dikembangkan, baik dengan cara alamiah maupun kimiawi. Namun, kasus demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Agypti diberbagai daerah masih banyak terjadi, bahkan cenderung mengalami peningkatan. Dalam penelitiannya dengan menggunakan teknik nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah mengembangkan Teknik Serangga Mandul (TSM) untuk pengendalian nyamuk, khususnya nyamuk Aedes Agypti.
Demikian disampaikan Bupati Bangka Barat H. Zuhri M. Syazali, saat membuka acara Sosialisasi Penerapan Teknologi Serangga Mandul (TSM), Rabu (25/05/2011) di Aula Kantor Bupati. Acara sosialisasi tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas/Badan/Kantor/Bagian se-Kabupaten Bangka Barat, Camat se-Kabupaten Bangka Barat, Kepala Puskesmas se-Kabupaten Bangka Barat, dan perwakilan dari PT Timah (Persero) Tbk.

"Teknik serangka mandul yang dikembangkan BATAN ini merupakan suatu terobosan baru, masih perlu pengkajian yang mendalam", kata Zuhri M. Syazali. Untuk itu, dia berharap agar sosialisasi ini dapat memberikan gambaran yang menyeluruh, komprehensif, dan mendalam sehingga dapat dipertimbangkan untuk diterapkan di Kabupaten Bangka Barat.

Dalam laporannya, Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Bangka Barat Andri Nurtito, mengatakan berdasarkan data tahun 2010 terdapat 62 kasus DBD di Kabupaten Bangka Barat dengan kematian yang disebabkan oleh penyakit DBD sebanyak 2 kasus. Kasus DBD terbanyak terjadi di Kecamatan Muntok sebanyak 26 kasus.

Sementara itu, dalam pemaparannya, peneliti BATAN Ali Rahayu menjelaskan bahwa TSM merupakan suatu cara pengendalian ventor yang ramah lingkungan, efektif, dan potensial. "Teknik ini disebut juga sebagai pengendalian spesifik species, yaitu membunuh vektor dengan vektor itu sendiri", kata Ali Rahayu.

Lebih lanjut dikatakan bahwa prinsip dasar TSM adalah dapat diproduksi secarfa massal, dapat dimandulkan, mampu berdaya saing kawin, dan lokasi yang terisolir, sedangkan keunggulan TSM adalah adalah tidak ada pencemaran (residu). Cara kerja teknik inipun relatif mudah, yaitu mengiradiasi koloni nyamuk jantan dengan dosis 65 Gy atau 70 Gy di laboratorium sehingga menjadi mandul. Kemudian nyamuk jantan mandul yang dihasilkan secara periodik dilepaskan ke habitatnya. Akibat pelepasan pejantan mandul secara berulang-ulang, maka lama kelamaan di lokasi pelepasan tersebut akan terjadi penurunan populasi nyamuk, yang secara otomatis akan menurunkan jumlah penderita DBD.

Perkawinan antara pejantan mandul dengan nyamuk betina akan dapat menekan populasi nyamuk karena tidak akan menghasilkan keturunan. "Nyamuk betina tetap bertelur, namun telurnya tidak akan menetas karena mandul", imbuh Ali Rahayu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis iradiasi 65 Gy atau 70 Gy pada nyamuk jantan Aedes Agypti sangat efektif dapat menekan populasi nyamuk tersebut di beberapa ruang laboratorium hama sampai ke titik nol, masing-masing setelah dua dan tiga kali pelepasan. Dengan bukti hasil tersebut, pada tahun 2009, Pengendalian Vektor Penyakit DBD (Aedes Agypti) dengan Teknik Serangga Mandul (TSM) mendapat penghargaan dari Menristek dan ditetapkan sebagai salah satu dari 101 Riset Inovasi Paling Prospektif tahun 2009. 




sumber : www.google.com , www.batan.go.id